EPILOG
Untuk sebuah ketertundukan paling dalam
yang pernah kulakukan
.......
yang pernah kulakukan
.......
Dalam sujud panjangku,
Kutahu semua kan berakhir,
akan tiada dan akan sirna
Manusia, kehidupan dan alam
semesta
Semuanya...
Dalam sujud panjangku,
Tak terasa waktu berlalu, berlalu
meninggalkan aku
Meninggalkan aku dalam masa
yang pernah kulalui dan kuukir dalam lembaran hari
Berlalu meninggalkan cerita
yang tanpa makna
Betapa kuingat
Waktu, tenaga dan pikiranku
terkuras hanya untuk mengejar dunia
(hidup bergelimang harta, having
fun, pacaran, nge-gosip, pergi ke mall, menghabiskan uang untuk shopping)
Tak berhenti sampai di situ...
Betapa bangga aku tampil
dengan genitnya
(berdandan sensual dengan
polesan warna-warni Oksida crome, Hihzat clorofine, Fanilin canailamin...) pada
wajah dan bibirku
Mencukur dan mencabut alis
pemberian Allah, sembari menebar parfum untuk menunjukkan eksistensi
Menampakkan lekuk-lekuk
tubuhku dalam balutan baju ketat dan transparan, melilitkan kerudung gaul
hingga nampak leher dan helaian-helaian rambutku di hadapan ribuan mata jalang
yang siap menelan dengan syahwatnya
ASTAGFIRULLAH HAL ‘ADHIM...
Betapa aku sangat dlolim
Sementara di sudut jaman
ini...
********
Kenapa kita tidak bisa makan seperti
orang-orang yang berada di dalam gedung berdinding kaca itu???
Mak... dingin...!!!
Kenapa kita tidak bisa tidur di atas permadani
busa???
Mak... panas...!!!
Kenapa kita tidak bisa berteduh di rumah
berkelampu merah jambu itu???
Mak... capek...!!!
Kenapa kita selalu diburu dan diusir oleh
algojo-algojo negeri ini
Mak... jawablah...!!!
Kenapa sudah tiga hari ini mak tidak
bangun-bangun juga???
(Intan Sari L. Izwar)
***********
Duh... Gusti... ampun
Berapa banyak sudah teguran
yang kau berikan
(tsunami, gempa bumi, tanah
longsor, banjir bandang, kebakaran,...)
Namun, tak satupun kami
hiraukan
Dalam sujud panjangku...
Kutitipkan do’a untuk
saudari-saudariku
Untuk tidak seperti aku, dulu
Dalam sujud panjangku...
Di atas sajadah lusuh ini...
Ukhti... saudariku...
Apa yang kukisahkan adalah cerita
tanpa makna,
Aku, dulu
Layakkah kita menutup mata,
sementara telah kering air mata saudara-saudara kita yang ada di belahan bumi
yang nun jauh di sana
Sekat-sekat imajiner atas
nama bangsa, telah memisahkan kita dan mengubur kepedihan mereka
Ribuan saudara kita di
Palestina, Irak, Afganistan menjerit
Mereka diusir, disiksa,
diperkosa, ditindas, dibantai...
Mereka lemah tak berdaya
ketika anjing-anjing Israel, Serbia, Amerika, Inggris,
Mengobrak-abrik denyut nadi
mereka.
Untuk membungkam mulut-mulut
mereka yang dengan lantang meneriakkan
ALLAHU AKBAR
Ya Allah... inilah kami
Ketika hukum-hukum Mu
dicampakkan, dijadikan hiasan di sudut-sudut masjid
Sementara dengan bengisnya
sistem jahiliyah menjajah kami
Kita tak mampu berbuat banyak
ketika penguasa negeri ini menaikkan harga BBM, memprivatisasi BUMN, pendidikan
yang semakin mahal
(ehm.... orang miskin
dilarang sekolah),
biaya kesehatan yang
melambung tinggi
(ehm... orang mmiskin
dilarang sakit),
ratusan saudara kita menjadi
korban perdagangan manusia, menjadi korban pergaulan bebas, menjadi korban
sistem hukum yang bobrok.
Kita menjadi korban sistem
yang tak beradab ini...
Kita hanya diam, ketika
Al-Qur’an yang mulia dirobek-robek, dibakar, dibuang bahkan dijadikan pengganti
tisu toilet oleh para kaum kafir di penjara Guantanamo
Kita hanya diam, ketika
Rasulullah dihinakan, dilecehkan
Kita hanya diam, ketika
banyak saudara-saudara kita membutuhkan uluran tangan kita
Saudariku... mereka berjuang
untuk kehidupan ini lebih baik dengan aturan-aturan Allah
Tapi mereka diculik, disiksa,
dibunuh tanpa alasan yang jelas
Saudaraku...
Kuharap ini akan mengoyak egomu
Menancapkan perih yang tak
terperikan di ulu hatimu,
Menembus ulu hati
ketentramanmu
Sungguh...
Ku ingin engkau terluka
Sama terlukanya denganku yang
hina
Menyaksikan segalanya telah
merata terjadi di seluruh dunia
Namun, luka itu tak akan
terasa sakit
Sebab tertutupi sebuah kesadaran
akan kenikmatan yang akan kita terima sebagai hadiah yang tak terukur dari
ALLAH
Segalanya telah kita awali
dengan sebuah gerbang megah...
SYAHADAT
Yang telah mengantarkan kita
menjadi seorang MUSLIM
Sobat... tak ada yang abadi
di alam ini
Sebelum tubuh ini perlahan
ditutup tanah
Meninggalkan orang-orang
terkasih kita
Saudariku...
Sebuah ketertundukan paling
dalam yang pernah kulakukan
Kunantikan kiprah kalian di
medan ini
Dalam sujud panjangku...
Sayup-sayup kudengar suara
adzan
Namun, betapa berat jasad ini
untuk bangun
Pandanganku kabur
Huh...
Dan kurasakan ini adalah
napas terakhirku
Dan... aku terlelap untuk waktu
yang tak pernah terbayangkan
Malang, 19 Agustus 2010
Farisa ad-Dien & Zidna F.
Adh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar