Daftar Blog Saya

Minggu, 25 Desember 2011


EPILOG 

Untuk sebuah ketertundukan paling dalam 
yang pernah kulakukan
.......

Dalam sujud panjangku,
Kutahu semua kan berakhir, akan tiada dan akan sirna
Manusia, kehidupan dan alam semesta
Semuanya...
Dalam sujud panjangku,
Tak terasa waktu berlalu, berlalu meninggalkan aku
Meninggalkan aku dalam masa yang pernah kulalui dan kuukir dalam lembaran hari
Berlalu meninggalkan cerita yang tanpa makna
Betapa kuingat
Waktu, tenaga dan pikiranku terkuras hanya untuk mengejar dunia
(hidup bergelimang harta, having fun, pacaran, nge-gosip, pergi ke mall, menghabiskan uang untuk shopping)
Tak berhenti sampai di  situ...
Betapa bangga aku tampil dengan genitnya
(berdandan sensual dengan polesan warna-warni Oksida crome, Hihzat clorofine, Fanilin canailamin...) pada wajah dan bibirku
Mencukur dan mencabut alis pemberian Allah, sembari menebar parfum untuk menunjukkan eksistensi
Menampakkan lekuk-lekuk tubuhku dalam balutan baju ketat dan transparan, melilitkan kerudung gaul hingga nampak leher dan helaian-helaian rambutku di hadapan ribuan mata jalang yang siap menelan dengan syahwatnya
ASTAGFIRULLAH HAL ‘ADHIM...
Betapa aku sangat dlolim
Sementara di sudut jaman ini...

********
 Mak... lapar...!!!
Kenapa kita tidak bisa makan seperti orang-orang yang berada di dalam gedung berdinding kaca itu???
Mak... dingin...!!!
Kenapa kita tidak bisa tidur di atas permadani busa???
Mak... panas...!!!
Kenapa kita tidak bisa berteduh di rumah berkelampu merah jambu itu???
Mak... capek...!!!
Kenapa kita selalu diburu dan diusir oleh algojo-algojo negeri ini
Mak... jawablah...!!!
Kenapa sudah tiga hari ini mak tidak bangun-bangun juga???
(Intan Sari L. Izwar)

***********

Duh... Gusti... ampun
Berapa banyak sudah teguran yang kau berikan
(tsunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir bandang, kebakaran,...)
Namun, tak satupun kami hiraukan
Dalam sujud panjangku...
Kutitipkan do’a untuk saudari-saudariku
Untuk tidak seperti aku, dulu
Dalam sujud panjangku...
Di atas sajadah lusuh ini...
Ukhti... saudariku...
Apa yang kukisahkan adalah cerita tanpa makna,
Aku, dulu
Layakkah kita menutup mata, sementara telah kering air mata saudara-saudara kita yang ada di belahan bumi yang nun jauh di sana
Sekat-sekat imajiner atas nama bangsa, telah memisahkan kita dan mengubur kepedihan mereka
Ribuan saudara kita di Palestina, Irak, Afganistan menjerit
Mereka diusir, disiksa, diperkosa, ditindas, dibantai...
Mereka lemah tak berdaya ketika anjing-anjing Israel, Serbia, Amerika, Inggris,
Mengobrak-abrik denyut nadi mereka.
Untuk membungkam mulut-mulut mereka yang dengan lantang meneriakkan
ALLAHU AKBAR
Ya Allah... inilah kami
Ketika hukum-hukum Mu dicampakkan, dijadikan hiasan di sudut-sudut masjid
Sementara dengan bengisnya sistem jahiliyah menjajah kami
Kita tak mampu berbuat banyak ketika penguasa negeri ini menaikkan harga BBM, memprivatisasi BUMN, pendidikan yang semakin mahal
(ehm.... orang miskin dilarang sekolah),
biaya kesehatan yang melambung tinggi
(ehm... orang mmiskin dilarang sakit),
ratusan saudara kita menjadi korban perdagangan manusia, menjadi korban pergaulan bebas, menjadi korban sistem hukum yang bobrok.
Kita menjadi korban sistem yang tak beradab ini...
Kita hanya diam, ketika Al-Qur’an yang mulia dirobek-robek, dibakar, dibuang bahkan dijadikan pengganti tisu toilet oleh para kaum kafir di penjara Guantanamo
Kita hanya diam, ketika Rasulullah dihinakan, dilecehkan
Kita hanya diam, ketika banyak saudara-saudara kita membutuhkan uluran tangan kita
Saudariku... mereka berjuang untuk kehidupan ini lebih baik dengan aturan-aturan Allah
Tapi mereka diculik, disiksa, dibunuh tanpa alasan yang jelas
Saudaraku...



Kuharap ini akan mengoyak egomu
Menancapkan perih yang tak terperikan di ulu hatimu,
Menembus ulu hati ketentramanmu
Sungguh...
Ku ingin engkau terluka
Sama terlukanya denganku yang hina
Menyaksikan segalanya telah merata terjadi di seluruh dunia

Namun, luka itu tak akan terasa sakit
Sebab tertutupi sebuah kesadaran akan kenikmatan yang akan kita terima sebagai hadiah yang tak terukur dari ALLAH
Segalanya telah kita awali dengan sebuah gerbang megah...
SYAHADAT
Yang telah mengantarkan kita menjadi seorang MUSLIM
Sobat... tak ada yang abadi di alam ini
Sebelum tubuh ini perlahan ditutup tanah
Meninggalkan orang-orang terkasih kita
Saudariku...
Sebuah ketertundukan paling dalam yang pernah kulakukan
Kunantikan kiprah kalian di medan ini
Dalam sujud panjangku...
Sayup-sayup kudengar suara adzan
Namun, betapa berat jasad ini untuk bangun
Pandanganku kabur
Huh...
Dan kurasakan ini adalah napas terakhirku
Dan... aku terlelap untuk waktu yang tak pernah terbayangkan

Malang, 19 Agustus 2010
Farisa ad-Dien & Zidna F. Adh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar