Daftar Blog Saya

Minggu, 01 Januari 2012

KURA- KURA PESIMIS, SEASON II




Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saudaraku.... tahukah kalian, seringkali seseorang menjadi pesimis karena membandingkan kelemahannya dengan kelebihan orang lain. Bukankah ini merupakan perbandingan yang tidak sportif, yang pada akhirnya tidak akan pernah bisa menyamainya. Semakin tidak mampu membandingkan yang tidak ‘fair’ tersebut, maka semakin terjerumuslah orang tersebut dalam ‘vonis- vonis’ pribadi yang semakin melemahkan motivasinya untuk hidup.
Ketika pesimisme sudah semakin merasuk maka mulailah orang tersebut dihinggapi kekhawatiran. Perlu diwaspadai, kata Dr. Charles Mayo, bahwa, “kekhawatiran mempengaruhi peredaran darah dan keseluruhan sistem syaraf. Saya tidak pernah melihat orang yang mati karena kerja terlalu keras, tetapi banyak orang yang mati karena keraguan”.
Terkadang inilah misteri kehidupan manusia. Ketika menghadapi tekanan, ada hal yang tidak mungkin menjadi mungkin dan kita sendiri dibuat ‘kaget’ untuk menerima kennyataan tersebut. Seseorang bisa melompati sebuah tembok setinggi tiga meter ketika ia dikejar anjing, padahal bisa jadi ini adalah sesuatu tidak mungkin dilakukan sehari- hari. Ternyata, untuk mengeksplorasi potensi diri, setiap manusia memerlukan trigger (pencetus) yang mencetuskan sesuatu pada kita bahwa ternyata kita bisa melakukan sesuatu.
Itulah sebabnya, permasalahan yang kita hadapi saat ini sebenarnya bisa menjadi pencetus untuk melakukan lebih dari yang bisa kita lakukan selama ini. Kuncinya, jangan pesimis dulu menghadapi setiap permasalahan hidup. Kita bisa ambil ‘ ruang tenang’ untuk berpikir merenungkan masalah tersebut, dan berpikir untuk mengambil langkah- langkah yang lain dari biasanya (berbeda). Pada saat itu biasanya ide- ide kreatif akan bermunculan. Sekedar informasi, kreatifitas, berasal dari bahasa Sansekerta Kar yang berarti membuat, menciptakan dari yang tidak ada. Kreatifitas adalah tindakan pencapaian, memproduksi, dan membuat menjadi ada. Kreatifitas menyangkut bagaimana memperbaiki dunia, sedangkan waktu terus berputar. Jangan biarkan otak berpikir sederhana ketika menghadapi masalah besar. Kalau bisa, paksa otak untuk berpikir keras dan jangan sampai berhenti sebelum menemukan ide- ide untuk memecahkan masalah. Seperti yang dikatakan William James, seorang psikolog modern, bahwa untuk membangkitkan optimisme yang ada di dalam, lakukan dengan membandingkan potensi kita dengan kinerja kita sehari- hari. Diumpamakan seperti membandingkan tingginya air laut dengan dalamnya samudra. Fakta membuktikan bahwa rata- rata manusia hanya menggunakan sekitar 0,1 % dari potensi kretifnya (Joyce Wycoff dalam mindmapping).
Jadi jangan biarkan berhenti berpikir dan hanya menikmati sesuatu yang sudah nyaman saat ini. Ketika menghadapi masalah yang demikian pelik, bersyukurlah karena ini kesempatan bagi kita untuk menggunakan fungsi otak kita dengan lebih baik. Kerja otak akan tampak semakin cemerlang ketika diasah bersama- sama dengan orang lain. Besi akan menajamkan besi dan manusia akan menajamkna sesamanya.
Tidak ada manusia yang mampu mengeksplorasi potensi dirinya tanpa bantuan orang lain dan kekuatan SANG KHALIQ. Oleh karena itu, jangan ada seorangpun menganggap dia lebih hebat dari yang lain dan sombong karena kemampuan dirinya. Di satu pihak, kita memiliki tanggungjawab untuk mengeksplorasi diri kita sendiri hingga mencapai optimal, namun panggilan kehidupan mengharuskan kita hidup bersama dan berbagi dengan orang lain.
Bagaimana mengubah pesimis menjadi optimis? Sehingga kita mampu menjalani kehidupan ini begiti bermakna. Berikut, semoga bisa membantu dan mencerahkan:
1.      Menyadari bahwa tidak ada stupun kekuatan di dunia ini yang melebihi kekuatan manusia. Seringkali kita melihat suatu masalah tidak bisa diselesaikan karena dia berfokus pada masalahnya yang sulit, bukan pada dirinya sendiri yang masih memiliki peluang untuk mengatasi masalah.
2.     Identifikasi akar permasalahan yang kita hadapi saat ini, di mana kita menjadi pesimis dan putus asa. Kita bisa menggunakan “5 WHY”. Yaitu: mengapa demikian, mengapa demikian, tanya lagi dan lagi hingga lima kali. Kemungkinan besar kita akan menemukan akar permasalahannya. Biasanya ketika kita sudah menemukan akar permasalahannya, kita akan merasa bahwa ternyata masalah yang kita hadapi itu ringan dan tidak ada gunanya untuk pesimis dan putus asa.
3.     Melihat sudut pandang diri dalam melihat masalah. Hal ini bisa kita lakukan dengan mengubah kata impossible (tidak mungkin) menjadipossible (mungkin).
4.     Ambil hikmah dari setiap kejadian, dan cari teman bicara untuk memudahkan kita belajar dari kejadian tersebut. Sekuat mungkin, catalah setiap hikmah yang bisa kita gali dari setiap kejadian.
5.     Buka kembalifoto- foto atau tayangan video kita tentang kisah sukses ataupun kegembiraan kita masa lalu, dan kita akan melihat bahwa sebenarnya kita mampu dan memiliki potensi untuk melakukan apa yang pernah kita raih. Kita dulu dan sekarang sama, yang membedakan hanyalah bagaimana kita merespon terhadap situasi yang terjadi.
6.     Membaca buku- buku yang memotivasi kita atau menonton tayangan yang mampu memberikan semangat kita. Untuk sementara, kurangi membaca novel, roman picisan dan film- film romantika atau melow drama yang tidak membangkitkan semangat kita untuk bangkit.
7.     Bergaullah dengan orang- orang optimis dan semangat, maka optimisme dan semangat mereka sedikit banyak akan menular kepada kita. Untuk sementara waktu, jangan bergaul dengan ‘apel busuk’. Karena kita pun akan mudah busuk. Ketika ada sebuah apel busuk di keranjang buah segar, maka perlahan- lahan apel busuk tadi akan membusukkan satu keranjang buah yang segar tadi.
8.     Investasikan kembali apa yang menjadi minat kita. Dan kita bisa memulai dengan melakukan minat/ hobi tersebut, sekalipun dengan sedikit enggan. Lama kelamaan, kita akan menyadari bahwa mengerjakan sesuatu yang kita senangi akan membangkitkan motivasi dan kreativitas yang lain dan bisa jadi hal itu belum terpikirkan sebelumnya.
9.     Mulailah dengan berolahraga secara teratur. Mungkin terkesan sepele, namun ingatkah kita akan kata bijak, “dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat”. Kita bisa melakukan dari yang ringan bersama orang terdekat kita, lama kelamaan, bisa jadi akan bergabung orang lain. Dan kita pu akan takjub melihat begitu banyak orang yang kita temui ternyata memiliki masalah yang lebih besar dari kita, namun mereka bisa melaluinya dengan optimis.
10.  Tingkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita. Ketahuilah, ilmu psikologi tidak pernah menjanjikan penyelesaian masalah secara tuntas. Psikologi hanya memberikan kerangka berpikir bagaimana harus menjalaninya. Tidak jarang justru penyelesaian yang ditawarkan psikologi, akhirnya dikembalikan kepada kita sendiri. Jadi, taqarrub kepada Allah sangatlah penting.
(Fulfilling Life)...
Semoga bermanfaat, yassaranallahu umurana
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar