Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saudaraku.... tahukah kalian,
seringkali seseorang menjadi pesimis karena membandingkan kelemahannya dengan
kelebihan orang lain. Bukankah ini merupakan perbandingan yang tidak sportif,
yang pada akhirnya tidak akan pernah bisa menyamainya. Semakin tidak mampu
membandingkan yang tidak ‘fair’ tersebut, maka semakin terjerumuslah orang
tersebut dalam ‘vonis- vonis’ pribadi yang semakin melemahkan motivasinya untuk
hidup.
Ketika pesimisme sudah semakin
merasuk maka mulailah orang tersebut dihinggapi kekhawatiran. Perlu diwaspadai,
kata Dr. Charles Mayo, bahwa, “kekhawatiran mempengaruhi peredaran darah dan
keseluruhan sistem syaraf. Saya tidak pernah melihat orang yang mati karena
kerja terlalu keras, tetapi banyak orang yang mati karena keraguan”.
Terkadang inilah misteri kehidupan
manusia. Ketika menghadapi tekanan, ada hal yang tidak mungkin menjadi mungkin
dan kita sendiri dibuat ‘kaget’ untuk menerima kennyataan tersebut. Seseorang
bisa melompati sebuah tembok setinggi tiga meter ketika ia dikejar anjing, padahal
bisa jadi ini adalah sesuatu tidak mungkin dilakukan sehari- hari. Ternyata,
untuk mengeksplorasi potensi diri, setiap manusia memerlukan trigger (pencetus)
yang mencetuskan sesuatu pada kita bahwa ternyata kita bisa melakukan sesuatu.
Itulah sebabnya, permasalahan yang
kita hadapi saat ini sebenarnya bisa menjadi pencetus untuk melakukan lebih
dari yang bisa kita lakukan selama ini. Kuncinya, jangan pesimis dulu menghadapi
setiap permasalahan hidup. Kita bisa ambil ‘ ruang tenang’ untuk berpikir merenungkan
masalah tersebut, dan berpikir untuk mengambil langkah- langkah yang lain dari
biasanya (berbeda). Pada saat itu biasanya ide- ide kreatif akan bermunculan.
Sekedar informasi, kreatifitas, berasal dari bahasa Sansekerta Kar yang
berarti membuat, menciptakan dari yang tidak ada. Kreatifitas adalah tindakan
pencapaian, memproduksi, dan membuat menjadi ada. Kreatifitas menyangkut
bagaimana memperbaiki dunia, sedangkan waktu terus berputar. Jangan biarkan
otak berpikir sederhana ketika menghadapi masalah besar. Kalau bisa, paksa otak
untuk berpikir keras dan jangan sampai berhenti sebelum menemukan ide- ide
untuk memecahkan masalah. Seperti yang dikatakan William James, seorang
psikolog modern, bahwa untuk membangkitkan optimisme yang ada di dalam, lakukan
dengan membandingkan potensi kita dengan kinerja kita sehari- hari. Diumpamakan
seperti membandingkan tingginya air laut dengan dalamnya samudra. Fakta
membuktikan bahwa rata- rata manusia hanya menggunakan sekitar 0,1 % dari
potensi kretifnya (Joyce Wycoff dalam mindmapping).
Jadi jangan biarkan berhenti
berpikir dan hanya menikmati sesuatu yang sudah nyaman saat ini. Ketika
menghadapi masalah yang demikian pelik, bersyukurlah karena ini kesempatan bagi
kita untuk menggunakan fungsi otak kita dengan lebih baik. Kerja otak akan
tampak semakin cemerlang ketika diasah bersama- sama dengan orang lain. Besi
akan menajamkan besi dan manusia akan menajamkna sesamanya.
Tidak ada manusia yang mampu
mengeksplorasi potensi dirinya tanpa bantuan orang lain dan kekuatan SANG
KHALIQ. Oleh karena itu, jangan ada seorangpun menganggap dia lebih hebat dari
yang lain dan sombong karena kemampuan dirinya. Di satu pihak, kita memiliki
tanggungjawab untuk mengeksplorasi diri kita sendiri hingga mencapai optimal,
namun panggilan kehidupan mengharuskan kita hidup bersama dan berbagi dengan
orang lain.
Bagaimana mengubah pesimis menjadi
optimis? Sehingga kita mampu menjalani kehidupan ini begiti bermakna. Berikut,
semoga bisa membantu dan mencerahkan:
1. Menyadari bahwa tidak ada stupun kekuatan di dunia ini yang melebihi
kekuatan manusia. Seringkali kita melihat suatu masalah tidak bisa diselesaikan
karena dia berfokus pada masalahnya yang sulit, bukan pada dirinya sendiri yang
masih memiliki peluang untuk mengatasi masalah.
2. Identifikasi akar permasalahan yang kita hadapi saat ini, di mana kita
menjadi pesimis dan putus asa. Kita bisa menggunakan “5 WHY”. Yaitu: mengapa
demikian, mengapa demikian, tanya lagi dan lagi hingga lima kali. Kemungkinan
besar kita akan menemukan akar permasalahannya. Biasanya ketika kita sudah
menemukan akar permasalahannya, kita akan merasa bahwa ternyata masalah yang
kita hadapi itu ringan dan tidak ada gunanya untuk pesimis dan putus asa.
3. Melihat sudut pandang diri dalam melihat masalah. Hal ini bisa kita lakukan
dengan mengubah kata impossible (tidak mungkin) menjadipossible (mungkin).
4. Ambil hikmah dari setiap kejadian, dan cari teman bicara untuk memudahkan
kita belajar dari kejadian tersebut. Sekuat mungkin, catalah setiap hikmah yang
bisa kita gali dari setiap kejadian.
5. Buka kembalifoto- foto atau tayangan video kita tentang kisah sukses
ataupun kegembiraan kita masa lalu, dan kita akan melihat bahwa sebenarnya kita
mampu dan memiliki potensi untuk melakukan apa yang pernah kita raih. Kita dulu
dan sekarang sama, yang membedakan hanyalah bagaimana kita merespon terhadap
situasi yang terjadi.
6. Membaca buku- buku yang memotivasi kita atau menonton tayangan yang mampu
memberikan semangat kita. Untuk sementara, kurangi membaca novel, roman picisan
dan film- film romantika atau melow drama yang tidak membangkitkan semangat
kita untuk bangkit.
7. Bergaullah dengan orang- orang optimis dan semangat, maka optimisme dan
semangat mereka sedikit banyak akan menular kepada kita. Untuk sementara waktu,
jangan bergaul dengan ‘apel busuk’. Karena kita pun akan mudah busuk. Ketika
ada sebuah apel busuk di keranjang buah segar, maka perlahan- lahan apel busuk
tadi akan membusukkan satu keranjang buah yang segar tadi.
8. Investasikan kembali apa yang menjadi minat kita. Dan kita bisa memulai
dengan melakukan minat/ hobi tersebut, sekalipun dengan sedikit enggan. Lama
kelamaan, kita akan menyadari bahwa mengerjakan sesuatu yang kita senangi akan
membangkitkan motivasi dan kreativitas yang lain dan bisa jadi hal itu belum
terpikirkan sebelumnya.
9. Mulailah dengan berolahraga secara teratur. Mungkin terkesan sepele, namun
ingatkah kita akan kata bijak, “dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang
sehat”. Kita bisa melakukan dari yang ringan bersama orang terdekat kita, lama
kelamaan, bisa jadi akan bergabung orang lain. Dan kita pu akan takjub melihat
begitu banyak orang yang kita temui ternyata memiliki masalah yang lebih besar
dari kita, namun mereka bisa melaluinya dengan optimis.
10. Tingkatkan
kualitas dan kuantitas ibadah kita. Ketahuilah, ilmu psikologi tidak pernah
menjanjikan penyelesaian masalah secara tuntas. Psikologi hanya memberikan
kerangka berpikir bagaimana harus menjalaninya. Tidak jarang justru
penyelesaian yang ditawarkan psikologi, akhirnya dikembalikan kepada kita
sendiri. Jadi, taqarrub kepada Allah sangatlah penting.
(Fulfilling Life)...
Semoga bermanfaat, yassaranallahu
umurana
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar